Memaknai Pesta Budaya Sekura Cakak Buah di Lampung Barat
Kini kita beruntung hidup dan menjadi bagian dari masa dimana batas-batas ruang dan waktu menjadi begitu maya akibat pencapaian ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada masa seperti itu, kita seolah tenggelam dalam aliran deras unsur dan bentuk-bentuk budaya yang akar dan sumbernya antah berantah. Tanpa persikafan bijak dan hati-hati terhadap fenomena seperti itu kita akan hanyut kedalam lautan yang membingungkan dan ironi, ilmu pengetahuan dan teknologi yang mestinya mempermudah dan mensejahterakan hidup manusia, bisa berbalik memperbudak dan menghadirkan bencana. Politik yang sedianya menjadi jalan mencapai tujuan bersama, bisa terdistorsi menjadi lahan perebutan dengan mengorbankan kebersamaan.
Lampung Barat menyimpan segala potensi bagi sebuah kebangkitan menyongsong masa depan dengan berpijak pada tradisi yang berakar dalam.
Pesta Budaya Sekura diharapkan bisa menjadi sebuah gerakan kebudayaan dan meneteskan inspirasi untuk lahirnya gerakan-gerakan kebudayaan yang lebih besar dan menyeluruh. Pesta Budaya Sekura moga-moga bisa menjadi salah satu titik berangkat bagi pemaknaan kehidupan kreatifitas, moralitas, nilai-nilai sosial, budaya dan kemanusian dalam cara-cara yang kreatif dan berwawasan kedepan, intelektualitas tanpa kreatifitas hanya akan membawa suatu bangsa menempati posisi pengekor bukan pelopor.
Kekinian adalah sejarah yang berjalan, sebuah tradisi membangun. Penetapan ikon sekura pada core event berskala nasional Festival Krakatau Provinsi Lampung tahun-tahun terakhir ini sebagai dorongan dalam berkreasi merupakan langkah kreatif. Tentunya diharapkan juga kemunculan ide-ide baru sejenis yang tujuan pokoknya adalah menggali dan melestarikan seni budaya warisan leluhur, tidak kalah pentingnya Pesta Budaya Sekura akan membantu masyarakat dalam memahami berbagai nilai seni budaya masyarakat Lampung dan masa lalu, masa kini dan masa-masa mendatang.
Kebudayaan dalam masyarakat tradisional mempunyai posisi, fungsi dan pemaknaan yang lekat dengan kebutuhan, akan estetika, etika, spritualitas, identifikasi, komunalitas dan juga ekonomi.
Sekura dalam perkembangannya mengalami reduksi fungsi sehingga terus menerus hingga berjarak dengan masyarakatnya.
Bukankan kekinian adalah sejarah yang berjalan, sebuah tradisi yang membangun?
Tidak hanya mempresentasikan sebuah bentuk seni/kebudayaan yang disikapi sebagai tontonan belaka, oleh karena itu disini diharapkan masyarakat dapat terlibat langsung dengan mengekspresikan gagasan tentang SEKURA supaya dianggap penting oleh masyarakat sehingga muncul gagasan-gagasan dari masyarakat untuk terlibat dalam kreasi seni, maka pembayangan sekura dimasa depan akan lebih nyata dan terbaca kemungkinan-kemungkinannya.
Pesta Budaya Sekura diharapkan bukan hanya perhelatan dan pesta budaya belaka namun juga untuk kembali menggali spirit sekura dalam memory kolektif masyarakat. Mungkin ini hanya sebuah daya kejut kepada masyarakat namun diharapkan mempunyai dampak yang signifikan untuk mengembalikan identitas atau alternatif identitas di era sekarang yang cenderung menuju kebudayaan yang instant dan seragam. Harapan terbesar tujuan utama dari Pesta Budaya Sekura adalah Sebagai sprit sumber penciptaan seni kekinian yang multi dimensional agar menjadi warisan generasi mendatang.
Sebuah kebudayaan, sejatinya merupakan kristalisasi pemikiran manusia dari hasil adaptasi, interaksi, pencarian, penjelajajahan, imajinasi, permenungan bahkan kadang-kadang penemuan coba-coba terhadap alam, hubungan sesama manusia, dunia abstrak serta dunia transedensi, kebudayaan diciptakan oleh manusia-manusia kreatif untuk mengatasi, menjelaskan dan menyelesaikan persoalan-persoalan hidupnya berkenaan dengan dunia dimana manusia itu berada. Artinya, sebuah kebudayaan mestinya menjadi sesuatu yang sangat dekat dengan dunia lahir bathin pemiliknya karena ia terbit dan berakar dari persoalan-persoalan setempat. Jika sebuah kebudayaan mampu bertahan dalam rentang waktu yang panjang, niscaya ia memberikan suatu yang dibutuhkan oleh manusia pemiliknya dan sebaliknya kebudayaan tanpa akar yang kokoh hanya akan menjadikan kebingungan dan keterasingan.
SEKURA adalah satu dari sekian bentuk/hasil kebudayaan kuno di Lampung, menilik nukilan-nukilan inskripsi arkeologi, Sekura telah diwariskan oleh para leluhur orang Lampung ketika negara-negara tradisional yang tercatat dalam sejarah belum lagi lahir. Kita kemudian mahfum. Ketika negara-negara tradisional itu runtuh dan berganti dengan negara baru, kebudayaan sekura masih terus bertahan dan menyebar menyatu dengan jiwa masyarakat. Bahkan ketika hasrat membentuk Negara Bangsa yang bernama Indonesia, tidak lagi bisa dibendung, sekura masih terus bertahan dan melanjutkan eksistensinya.
Sedikit di ilustrasikan tentang Pesta Budaya Sekura, Pesta Budaya Sekura adalah Pesta Budaya Tradisional yang dilaksanakan setelah Hari Raya Idul Fitri biasanya mulai dari 1 Syawal sampai 6 atau 7 Syawal setiap hari bergantian dari Pekon ke Pekon yang lain.Pesta Budaya Sekura dalam pandangan secara umum kegiatan ini hampir sama dengan pentas theatre luar ruang dengan pelaku adalah masyarakat, dimana gambaran kegiatan budaya ini adalah identik dengan kemenangan, kebebasan dan kegembiraan sebagai ungkapan jiwa manusia untuk berkreasi dan berekspresi.
Sekura dalam kebudayaan ini artinya topeng/penutup wajah (menutup wajah) atau merubah penampilan yang menggambarkan berbagai bentuk sifat dimuka bumi ini tapi dalam pesta sekura ini penggambarannya adalah suasana kegembiraan dan kebebasan berkreasi dan berekspresi dalam kebersamaan berkelompok.
Pesta Budaya Sekura secara definisi merupakan perayaan dan atau ungkapan kegembiraan masyarakat secara bersama-sama dengan bertopeng (menutup wajah) dan merubah penampilan sedemikian rupa yang sifatnya menghibur serta bertujuan utama bersilaturahim yang berpuncak pada panjat pinang secara berkelompok dengan sistim beguai jejama (gotong royong).
Sekura secara teknis dibagi 2 kelompok :
SEKURA BETIK (Helau), penampilannya helau (indah) lucu, bersih dan sifatnya sebagai penghibur, dengan menggunakan kaca mata gelap dan semua kostum dari kain panjang dan biasanya penutup kepala menggunakan selindang miwang (kain khas sebutan masyarakat Lampung Barat), kemudian pinggangnya juga dipenuhi gantungan kain panjang, banyak atau sedikitnya kain panjang yang dipakai oleh seorang atau kelompok orang yang sedang bersekura menunjukkan banyak atau sedikitnya Muli yang jadi pengikutnya (dalam Kebotnya/kelompoknya) karena kain panjang yang dipakai oleh Sekura tersebut dahulunya adalah hasil pinjaman dari muli-muli yang ada dalam Jukku/Kebot adatnya.
sekura betik lebih mengarah pada menghibur penonton dengan tingkah mereka yang bebas berekspresi, sekura betik tidak berhak mengikuti panjat pinang, hanya sebagai penggembira.
SEKURA KAMAK (kotor), memiliki penampilan kotor, bisa disebut sebagai juga sebagai “Sekura Calak”. Kamak (kotor) adalah ciri sekura ini yaitu memakai topeng dari bahan Kayu atau dari bahan-bahan alami (tumbuh-tumbuhan) dan atau terbuat dari bahan-bahan yang jelek/bekas yang membaluri tubuh mereka yang akan menjadikan penampilannya menjadi lebih unik dan kotor dengan pakaian aneh dan lucu. Sekura Kamak berhak memanjat pinang yang telah ditentukan, untuk bersaing dan bekerjasama dalam berkelompok untuk mencapai puncak dan menjadi pemenang.
SEKURA adalah satu dari sekian bentuk/hasil kebudayaan kuno di Lampung, menilik nukilan-nukilan inskripsi arkeologi, Sekura telah diwariskan oleh para leluhur orang Lampung ketika negara-negara tradisional yang tercatat dalam sejarah belum lagi lahir. Kita kemudian mahfum. Ketika negara-negara tradisional itu runtuh dan berganti dengan negara baru, kebudayaan sekura masih terus bertahan dan menyebar menyatu dengan jiwa masyarakat. Bahkan ketika hasrat membentuk Negara Bangsa yang bernama Indonesia, tidak lagi bisa dibendung, sekura masih terus bertahan dan melanjutkan eksistensinya.
Sedikit di ilustrasikan tentang Pesta Budaya Sekura, Pesta Budaya Sekura adalah Pesta Budaya Tradisional yang dilaksanakan setelah Hari Raya Idul Fitri biasanya mulai dari 1 Syawal sampai 6 atau 7 Syawal setiap hari bergantian dari Pekon ke Pekon yang lain.Pesta Budaya Sekura dalam pandangan secara umum kegiatan ini hampir sama dengan pentas theatre luar ruang dengan pelaku adalah masyarakat, dimana gambaran kegiatan budaya ini adalah identik dengan kemenangan, kebebasan dan kegembiraan sebagai ungkapan jiwa manusia untuk berkreasi dan berekspresi.
Sekura dalam kebudayaan ini artinya topeng/penutup wajah (menutup wajah) atau merubah penampilan yang menggambarkan berbagai bentuk sifat dimuka bumi ini tapi dalam pesta sekura ini penggambarannya adalah suasana kegembiraan dan kebebasan berkreasi dan berekspresi dalam kebersamaan berkelompok.
Pesta Budaya Sekura secara definisi merupakan perayaan dan atau ungkapan kegembiraan masyarakat secara bersama-sama dengan bertopeng (menutup wajah) dan merubah penampilan sedemikian rupa yang sifatnya menghibur serta bertujuan utama bersilaturahim yang berpuncak pada panjat pinang secara berkelompok dengan sistim beguai jejama (gotong royong).
Sekura secara teknis dibagi 2 kelompok :
SEKURA BETIK (Helau), penampilannya helau (indah) lucu, bersih dan sifatnya sebagai penghibur, dengan menggunakan kaca mata gelap dan semua kostum dari kain panjang dan biasanya penutup kepala menggunakan selindang miwang (kain khas sebutan masyarakat Lampung Barat), kemudian pinggangnya juga dipenuhi gantungan kain panjang, banyak atau sedikitnya kain panjang yang dipakai oleh seorang atau kelompok orang yang sedang bersekura menunjukkan banyak atau sedikitnya Muli yang jadi pengikutnya (dalam Kebotnya/kelompoknya) karena kain panjang yang dipakai oleh Sekura tersebut dahulunya adalah hasil pinjaman dari muli-muli yang ada dalam Jukku/Kebot adatnya.
sekura betik lebih mengarah pada menghibur penonton dengan tingkah mereka yang bebas berekspresi, sekura betik tidak berhak mengikuti panjat pinang, hanya sebagai penggembira.
SEKURA KAMAK (kotor), memiliki penampilan kotor, bisa disebut sebagai juga sebagai “Sekura Calak”. Kamak (kotor) adalah ciri sekura ini yaitu memakai topeng dari bahan Kayu atau dari bahan-bahan alami (tumbuh-tumbuhan) dan atau terbuat dari bahan-bahan yang jelek/bekas yang membaluri tubuh mereka yang akan menjadikan penampilannya menjadi lebih unik dan kotor dengan pakaian aneh dan lucu. Sekura Kamak berhak memanjat pinang yang telah ditentukan, untuk bersaing dan bekerjasama dalam berkelompok untuk mencapai puncak dan menjadi pemenang.
Tari Sekura
(Coreografer : Edwardsyah Ma'as, Penata Musik : Endang Guntoro)
Kini kita beruntung hidup dan menjadi bagian dari masa dimana batas-batas ruang dan waktu menjadi begitu maya akibat pencapaian ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada masa seperti itu, kita seolah tenggelam dalam aliran deras unsur dan bentuk-bentuk budaya yang akar dan sumbernya antah berantah. Tanpa persikafan bijak dan hati-hati terhadap fenomena seperti itu kita akan hanyut kedalam lautan yang membingungkan dan ironi, ilmu pengetahuan dan teknologi yang mestinya mempermudah dan mensejahterakan hidup manusia, bisa berbalik memperbudak dan menghadirkan bencana. Politik yang sedianya menjadi jalan mencapai tujuan bersama, bisa terdistorsi menjadi lahan perebutan dengan mengorbankan kebersamaan.
Lampung Barat menyimpan segala potensi bagi sebuah kebangkitan menyongsong masa depan dengan berpijak pada tradisi yang berakar dalam.
Pesta Budaya Sekura diharapkan bisa menjadi sebuah gerakan kebudayaan dan meneteskan inspirasi untuk lahirnya gerakan-gerakan kebudayaan yang lebih besar dan menyeluruh. Pesta Budaya Sekura moga-moga bisa menjadi salah satu titik berangkat bagi pemaknaan kehidupan kreatifitas, moralitas, nilai-nilai sosial, budaya dan kemanusian dalam cara-cara yang kreatif dan berwawasan kedepan, intelektualitas tanpa kreatifitas hanya akan membawa suatu bangsa menempati posisi pengekor bukan pelopor.
Kekinian adalah sejarah yang berjalan, sebuah tradisi membangun. Penetapan ikon sekura pada core event berskala nasional Festival Krakatau Provinsi Lampung tahun-tahun terakhir ini sebagai dorongan dalam berkreasi merupakan langkah kreatif. Tentunya diharapkan juga kemunculan ide-ide baru sejenis yang tujuan pokoknya adalah menggali dan melestarikan seni budaya warisan leluhur, tidak kalah pentingnya Pesta Budaya Sekura akan membantu masyarakat dalam memahami berbagai nilai seni budaya masyarakat Lampung dan masa lalu, masa kini dan masa-masa mendatang.
Kebudayaan dalam masyarakat tradisional mempunyai posisi, fungsi dan pemaknaan yang lekat dengan kebutuhan, akan estetika, etika, spritualitas, identifikasi, komunalitas dan juga ekonomi.
Sekura dalam perkembangannya mengalami reduksi fungsi sehingga terus menerus hingga berjarak dengan masyarakatnya.
Bukankan kekinian adalah sejarah yang berjalan, sebuah tradisi yang membangun?
Tidak hanya mempresentasikan sebuah bentuk seni/kebudayaan yang disikapi sebagai tontonan belaka, oleh karena itu disini diharapkan masyarakat dapat terlibat langsung dengan mengekspresikan gagasan tentang SEKURA supaya dianggap penting oleh masyarakat sehingga muncul gagasan-gagasan dari masyarakat untuk terlibat dalam kreasi seni, maka pembayangan sekura dimasa depan akan lebih nyata dan terbaca kemungkinan-kemungkinannya.
"Sekura Cakak Buah"
Pesta Budaya Sekura diharapkan bukan hanya perhelatan dan pesta budaya belaka namun juga untuk kembali menggali spirit sekura dalam memory kolektif masyarakat. Mungkin ini hanya sebuah daya kejut kepada masyarakat namun diharapkan mempunyai dampak yang signifikan untuk mengembalikan identitas atau alternatif identitas di era sekarang yang cenderung menuju kebudayaan yang instant dan seragam. Harapan terbesar tujuan utama dari Pesta Budaya Sekura adalah Sebagai sprit sumber penciptaan seni kekinian yang multi dimensional agar menjadi warisan generasi mendatang.
jogja kota budaya, lampung barat begitu juga tak kalah kaya khazanahnya, tp semoga selaku pengemban tugas khususnya PEMDA lam-bar akan terus berupaya bersanding dengan kota lain, dengan terus menjunjung tinggi nilai budaya sekala brak, mrnghormati semua artikel budayanya, kreatif, inovatif, filosofis, peduli, bersih,,,Amien..
BalasHapusAsiiiik.. :D
BalasHapusKereeennn..... sungguh saya ingin berlama lama di Lampung Barat, bukan sekedar datang sehari dua hari...tapi bisa banyak melihat dan merasakan langsung kehidupan masyarakat Lampung yang masih terjaga. selaras dengan keindahan alamnya.
BalasHapus